Sunday, March 26, 2017

Nilai Sertifikasi 80 Poin..

Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menganggap nilai minimal kelulusan sertifikasi guru melalui pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) sebesar 80 poin adalah terlalu tinggi. Pihaknya meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merevisi aturan.

"Uji kompetensi dokter saja nilai minimalnya 65," kata Plt Ketua Umum PGRI Unifah Rosyidi yang SekolahDasar.Net kutip dari JPNN (19/09/16).

Dia menjelaskan aturan mengikuti sertifikasi guru melalui PLPG saat ini sudah berlebihan. Tidak hanya terkait nilai minimal kelulusan yang harus mencapai 80 poin. Tetapi juga peserta sertifikasi guru melalui PLPG juga harus pernah mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG).

Dia mengatakan guru calon peserta sertifikasi melalui PLPG itu bukan guru-guru baru dan minim pengalaman. Tetapi di dalamnya ada guru yang sudah mengajar sejak sebelum UU Guru dan Dosen dikeluarkan pada 2005 lalu.

Menurutnya regulasi teknis soal sertifikasi guru ini harus dikaji ulang. Regulasi sertifikasi guru di Kemendikbud sudah berganti sebanyak lima kali. Dibandingkan dengan sertifikasi dosen yang tidak mengalami perubahan signifikan. Itu artinya Kemendikbud tidak memiliki pakem yang baik.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR Ferdiansyah juga meminta Kemendikbud tidak menaikkan nilai minimal kelulusan sertifikasi itu secara signifikan. "Sebaiknya naiknya bertahap. Setiap tahun naik 10-15 poin," tuturnya.

Sebab, menurutnya di rencana pemerintah kenaikan nilai itu memang bertahap. Baru mencapai nilai minimal 80 poin di tahun 2019 nanti. Jika memang diterapkan, dia meminta Kemendikbud menyiapkan upaya penanganan jika ada guru belum mampu mengejar nilai minimal 80 poin itu.

Tuesday, March 21, 2017

Kumpulan Judul PTK SD

IPA menurut kurikulum KTSP 2006 adalah berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Dalam praktiknya di sekolah, tidak jarang dalam mengajarkan IPA kurang sejalan dengan hakikatnya. Sehingga bisa muncul beberapa persoalan, baik itu terkait dengan ketika proses pembelajaran atau hasil belajar siswa. Dari beberapa permasalahan tersebut dapat diangkat menjadi judul penelitian tindakan kelas (PTK). Yang akhirnya terjadi perbaikan dalam mengajarkan IPA di SD.

Berikut adalah beberapa judul PTK IPA SD yang kemudian bisa dikembangkan. Mungkin saja permasalahan yang dialami dalam mengajarkan IPA di SD sama sehingga bisa menjadi referensi untuk di uji coba untuk dilakukan di sekolah. Dan juga beberapa model pembelajaran yang digunakan bisa pengetahuan baru sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar IPA.

Kumpulan Contoh Judul PTK IPA SD

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SDI AL HIKMAH GADANG MALANG

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5 SDN BANDUNGREJOSARI 1 MALANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Penerapan Model TSTS untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN Bandungrejosari 1 Kota Malang

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme dengan Model Pembelajaran Peta Konsep untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Bantur 6 Kec. Bantur Kab. Malang

Upaya Meningkatkan Pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) pada Siswa Kelas IV SDN Jatimulyo 1 Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung

Upaya Meningkatkan Pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) pada Siswa Kelas IV SDN Jatimulyo 1 Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung

PENERAPAN COLLABORATIVE LEARNING MELALUI PERMAINAN MENCARI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SDN CEPOKOMULYO 2 KEPANJEN

Penerapan Model Learning Cycle (LC) 5 Fase untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas V-B SDN Bareng 01 Kec. Klojen Kota Malang

Peningkatan Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Kontruktivisme Dengan Kooperatif Inside-Outside Circle Pada Siswa Kelas V SDN Kidul Dalem 02 Kota Malang

penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV semester II SDN Merjosari 1 Malang

PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IVA SDN BARENG 01 KOTA MALANG

Penerapan Pendekatan Science Environment Technology Society untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Selorejo Tulungagung

Penerapan Model POE (Predict, Observe, Explain) untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN Karangbesuki 4 Malang

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDIT INSAN PERMATA MALANG

Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Materi Sifat-Sifat Cahaya Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas V Di SDN Pesangrahan 02 Kota Batu.

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN Turus Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri

Penerapan Model Pembelajaran Index Card Match Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SDN Begendeng 3 Kabupaten Nganjuk

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) PADA SISWA KELAS III SDN PESANGGRAHAN 02 KOTA BATU

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Di SDN Purwantoro 2 Kota Malang

PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL TAI (TEAM ASISSTED INDIVIDUALIZATION) PADA SISWA KELAS IV SDN I PINGGIRSARI KECAMATAN NGANTRU KABUPATEN TULUNGAGUNG

Penerapan Model Children’s Learning In Science (CLIS) untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN Bandulan 4 Malang

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALY PADA SISWA KELAS V SDN SUMBERAGUNG I KECAMATAN PLOSOKLATEN

Peningkatan Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN Pisang Candi 2 Malang Melalui Model Inside Outside Circle (IOC).

Peningkatan Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN Sumbersari 1 Malang Melalui Model Team Assisted Individualization (TAI)

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN SEDAYU 03 KECAMATAN TUREN KABUPATEN MALANG

Penerapan Model Project-Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Ketawanggede 2 Malang

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA TOPIK PERUBAHAN KENAMPAKAN BENDA-BENDA LANGIT DI SDN PERCOBAAN 1 MALANG KELAS IV

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN PRINGAPUS 2 KECAMATAN DONGKO KABUPATEN TRENGGALEK

PENERAPAN MODEL PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SDN PANDANWANGI 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

PENERAPAN MODEL KREATIF PRODUKTIF UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN PLOSOHARJO II KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK A

MENGUBAH MISKONSEPSI IPA MELALUI MODEL SAVI PADA SISWA KELAS IVA SDN TALANGAGUNG 01 KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG A

Implementasi Model CLIS (Children Learning in Science) untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN Dukuh II Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN KARANGBESUKI 4 MALANG MELALUI MODEL INTERAKTIF PADA MATERI PENGARUH PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK TERHADAP DARATAN

Penerapan Model Pembelajaran Rotating Trio Exchange untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Kelas 4 SDN Kidul Dalem 02 Kota Malan

Peningkatan Pembelajaran IPA Melalui Model TAI (Team Assisted Individualization) pada Siswa Kelas IV SDN I Pinggirsari Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungaugng

Penerapan Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN Kidul Dalem 2 Malang

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SDN JATIMULYO 01 MALANG

Pengaruh Penerapan Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III Materi Bumi dan Alam Semesta SDN Penanggungan Malang.

Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Tempuran 1 Ngawi.

Penerapan Model Picture and Picture untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN Gampingan 01 Pagak

Penerapan Model Sains Teknologi Masyarakat (STM) untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN Tanjung Rejo 2 Malang.

PENERAPAN MODEL QWH-CHART UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SDN MERJOSARI I MALANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V DI SDN BUMIAYU 3 KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING DI SD NU BAHRUL ULUM KOTA MALANG

Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Oro-oro Dowo Malang

Penerapan Model Reciprocal Teaching Untuk meningkatkan pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD Pisang Candi II Malang

Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran CD Interaktif Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Dinoyo 2 Kota Malang

PENERAPAN PENDEKATAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SDN PANDANWANGI 04 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN PANDANWANGI 04 MALANG

Pengembangan Macromedia Flash Sebagai Media Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Susunan Bumi Siswa Kelas V SDN Kasin Malang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V DI SDN KASIN MALANG

Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN Tanjungrejo 2 Malang

Penerapan Model Course Review Horay (CRH) untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN Merjosari 1 Malang

Penerapan Media Nyata untuk Mengatasi Kesalahan Konsep IPA pada Materi Gaya Terapung, Tenggelam dan Melayang Dalam Air Di Kelas IV SD Negeri Oro-Oro Dowo Kecamatan Klojen Kota Malang.

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA KELAS V MELALUI PENERAPAN MODEL VAK DI SDN MERJOSARI 1 MALANG

Penerapan Model Group Investigation untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Kelas IV SDN Blayu 01 Kecamatan Wajak Kabupaten Malang

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV MELALUI PENERAPAN MODEL CLIS DI SDN KEMIRISEWU 2 KECAMATAN PANDAAN KABUPATEN PASURUAN

Upaya Meningkatkan Pembelajaran IPA di Kelas IV Melalui Model Assurance, Relevance, Interest Assessment and Satisfaction (ARIAS) SDN Pogar 2 Bangil

Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Lesanpuro I Kecamatan Kedungkandang Kota Malang

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) SISWA KELAS V SDN LOWOKWARU 5 KOTA MALANG

Pemberdayaan lembar kerja siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas IV SDN Popoh 3 Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar

PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA MELAKUKAN PENYELIDIKAN SEDERHANA MELALUI MODEL DISCOVERY INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SDN I BOYOLANGU KABUPATEN TULUNGAGUNG

Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2012/07/kumpulan-judul-ptk-ipa-sd.html#ixzz4buqNcj9u

Model pembelajaran Teams Games Tournaments

Model Pembelajaran TGT menumbuhkan motivasi anak
Model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) menambahkan dimensi kegembiraan dari penggunaan permainan. Teams Games Tournaments (TGT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif, dimana siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat sampai lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan. Model pembelajaran ini menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.
Pelaksanaan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dimulai dari aktivitas guru dalam menyampaikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Berikut langkah-langkah model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) modifikasi dari Robert E. Slavin (2008).

1. Persiapan
Guru mempersiapkan media pembelajaran dan materi yang akan disampaikan beserta Lembar Kerja Kelompok (LKK), melakukan tanya jawab mengenai pengetahuan awal materi yang akan dipelajari. Kemudian guru mempersiapkan alat-alat untuk permainan, yaitu: kartu permainan yang dilengkapi nomor, skor, dan pertanyaan mengenai materi.

2. Presentasi Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, dan diskusi yang dipimpin guru. Disamping itu, guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game (turnamen) karena skor game akan menentukan skor kelompok.

3. Belajar Kelompok (Tim)
Pada saat pembelajaran, fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game (turnamen). Setelah guru menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan hasil lembar kerja kelompok. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab. Penataan ruang kelas diatur sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

4. Permainan/Pertandingan (Game/Turnamen)
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta mempunyai kemampuan yang homogen (sama).

Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut.

Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.

Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.

Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Di sini permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal.

Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.

Kemudian setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.

5. Rekognisi Tim (Penghargaan Tim)
Sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah terlebih dahulu hitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh.