Dr. Dewi Utama Fayza, fungsionaris Direktorat Pembinaan SD Kemendikbud RI, mengatakan, jika ditelisik khususnya literasi dasar di SD selama ini berfokus hanya pada model baca, tulis, dan hitung konvensional dengan pendekatan teks literal. Itu tidak relevan dengan kebutuhan dunia global. "Karena mengabaikan aspek bercakap, mendengar, aktif, berhitung, memperhitungkan, merasa, dan menggambarkan sebagai bagian utama berbahasa yang utuh sebagai persiapan kompetensi literasi dasar abad 21," katanya pada acara Forum Literasi Bulan Bahasa yang dihelat Forum Literasi Kota Tarakan di ruang baca perpustakaan kota Tarakan , 28 Oktober 2016.
Pada acara yang mengusung tema Mencintai Budaya dalam Literasi dan Sastra Indonesia itu, Bu Dewi banyak mengupas persoalan mendasar seputar literasi. Dia sangat prihatin, data yang diungkap sebuah survey internasional yang memposisikan Indonesia menjadi peringkat 60 dari 61 negara yang penduduknya "rabun" literasi. Faktornya sepele, hal-hal yang sangat basic di keluarga dan di sekolah malah diabaikan. "Semisal masalah toileting. Masalah toilet jangan main-main. Kalau toilet bau pesing, cari yang bikin pesing. Di Jepang diteliti yang suka pipis sembarangan, maaf, mereka rawan melakukan free sex di masa dewasa," ucap Bu Dewi prihatin.
Perempuan paruh baya yang sempat mengenyam pendidikan di Jepang ini lebih lanjut mengatakan, Toileting itu penting, pengasuhan pendidikan di rumah tangga harus benar-benar hadir pada anak-anak. Kata dia, di jepang ada sekolah yang mengajari cara pipis hingga kelas 3. "Nggak cara nulis atau cara baca atau cara berhitung," tegasnya. Dia memipimpikan semua itu bisa diperbaiki melalui budaya literasi di keluarga dan di sekolah. "Saya memimpikan orangtua rajin membacakan buku untuk anak-anak di rumah dengan suka cita. Bapak Ibu guru di sekolah pun demikian," imbuh dia.
Beda membacakan dengan berdongeng. Membacakan ada bukunya, berdongeng tidak ada. Kalau si pembaca tidak ada, anak bisa membaca sendiri. "Saya sampaikan, guru harus rajin membaca. Kalau guru saja nggak suka membaca muridnya pasti jauh dari buku. Bagaimana mau berkembang kalau tidak menanam dan tumbuh terlebih dahulu," tukas Bu Dewi.
Kemendikbud memaparkan tentang pentingnya literasi di sekolah yang harus dimulai dari tenaga pendidik dan kependidikan, 40 orang peserta hadir dari berbagai SD-SMA dan SMK se kota Tarakan sangat berantusias mengikuti kegiatan tersebut.
Bukan hanya teori yang dipaparkan oleh para narasumber, disesi terakhir peserta diberikan kesempatan tanya jawab dan diberi hadiah buku bagi yang bertanya.
Muhammad salah seorang peserta pelatihan, berasal dari SDN 047 Tarakan mengatakan sangat berkesan dan termotivasi sebagai guru dalam mengembangkan kreativitas, mendapatkan keterampilan dalam membuat media baca yang pastikan akan kami aplikasikan disekolah sehingga anak-anak kami memiliki minta membaca yang baik.
No comments:
Post a Comment